Tari Kecak: Sejarah, Makna hingga Tempat Pertunjukannya



 Sejarah Tari Kecak

 Sejarah tari kecak berawal dari ide seorang penari Bali bernama I Wayan Limbak, bersama dengan pelukis berkebangsaan Jerman yaitu Walter Spies. Keduanya berkolaborasi mengambil serta memodifikasi beberapa unsur tari Sang Hyang untuk menciptakan tari kecak. Sekitar tahun 1930-an, hingga pada akhirnya Tari ini mulai diperkenalkan.

Unsur Tari Kecak berasal dari tradisi Sang Hyang masih tetap dipertahankan sebagai sebuah bentuk kegiatan adat untuk menolak bala. Dimana, puluhan penari akan menari dalam kondisi tidak sadar, dan mulai melakukan komunikasi dengan para dewa serta roh leluhur.

Penciptanya, I Wayan Limbak dan Walter Spies kemudian berinisiatif mengambil sejumlah komponen tari Sang Hyang, sekaligus memodifikasinya sebagai sebuah tarian yang ada saat ini. Keduanya juga menyisipkan cerita populer ramayana, serta membuatnya menjadi seni tari drama.

 

Sosok Sang Pencipta Tari Kecak 

Pada suatu waktu, kelompok tari I Wayan Limbak ini diundang Walter Spies untuk menggelar sebuah pertunjukan, yang ditonton oleh tamu-tamu orang Jerman. Pentas itu berlangsung selama 45 menit. Mereka yang menyaksikan epos ramayana itu dibuat takjub.

Setelah pementasan itu, kelompok tari I Wayan Limbak kerap mementaskan tari kecak di sejumlah desa di Bali. Selain memberi pemasukan kepada kelompoknya, I Wayan Limbak ingin mengenalkan tari ini kepada masyarakat Bali. Usahanya bisa dibilang tidak sia-sia, mengingat tari ini sekarang telah menjadi salah satu identitas kesenian masyarakat Bali.

Setelah melakukan beberapa pentas di Bali, kelompok I Wayan Limbak pun diketahui sering menggelar tur ke luar negeri. Berkat usahanya ini, tari kecak berhasil mendunia. Kesuksesan I Wayan Limbad inilah yang mengantarkan tarian ini, menjadi sebuah atraksi menarik, unik, menghibur, dan sarat akan makna filosofis, yang bisa ditonton wisatawan lokal serta mancanegara saat datang ke Bali.

 Hanoman di tari KECAK – Pendidik Hobby Photografi

Keindahan dan keunikan Tari Kecak

Tari keccak adalah sebuah seni pertunjukan yang melibatkan banyak orang di setiap pementasannya. Tari ini termasuk jenis tari yang sering ditampilkan dalam beberapa acara besar di Bali.

Adapun keunikan tari ini terletak pada iramanya, serta para penari yang membentuk sebuah lingkaran seraya berseru “cak cak ke cak cak ke”. Selama pertunjukan, penonton akan disuguhkan beberapa adegan dari kisah-kisah Ramayana.

Tari ini dikenal juga dengan nama Fire Dance atau tarian api. Ini menjadi atraksi yang sangat dinanti oleh para wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali. Biasanya, dibawakan oleh 50-60 orang penari pria bertelanjang dada. Mereka duduk melingkar di sebuah arena atau panggung yang di tengahnya terdapat beberapa obor. Memakai sarung kotak-kotak khas Bali (kain poleng), para penari dengan syahdunya akan berteriak “cak” sembari mengangkat kedua tangannya.

Keseluruhan pertunjukan Ramayana yang dilanjutkan melalui sarana tari Kecak menceritakan kisah konflik Rama saat membebaskan Shinta, permaisuri yang disukai dari Rahwana. Dia dibantu melalui cara Hanoman monyet putih yang menghancurkan penangkaran Shinta, hampir terbakar. Selain itu, Rama juga meminta bantuan dari para Dewa. Kisah ini menunjukkan penerimaan Rama terhadap Tuhan, lukisan-lukisannya yang sulit, dan kesetiaan Shinta kepada suaminya yang sebenarnya patut ditiru.

Gerak yang dominan dari tarian ini adalah mengangkat masing-masing lengan bahkan sambil meneriakkan “cak cak cak”. Sedangkan adegan di dalam tari Kecak dibagi menjadi empat bagian.

v  Adegan pertama menceritakan tentang Shinta yang diculik melalui jalan Rahwana sedangkan Rama berubah menjadi pencarian di dalam hutan.

v  Adegan ke-2 menceritakan seekor elang yang mencoba membantu Shinta tetapi sayangnya tidak melukis karena Rahwana terlalu kuat.

v  adegan ke-3 menceritakan Rama yang salah tempat di dalam hutan. Sehingga membuatnya perlu meminta bantuan Hanoman untuk menyelamatkan Shinta.

v  Dan untuk adegan penutup, kira-kira Hanoman yang menguasai untuk membakar negeri Alengka Pura dan menyuruh Shinta untuk menantikan kedatangan Rama.